Mamasa, SulbarTa.com -Dunia memang menyimpan sejuta cerita menarik untuk dibagikan baik suka maupun duka.
Hal itu pun yang dialami oleh sosok Rudi Alfonso dalam perjalanan semasa hidupnya sampai menjadi pejabat Duta Besar Republik Indonesia Lisabon Republik Portugal.
Perjalanan selama meninggalkan kampung halaman guna menempuh pendidikan dari SMP,SMA hingga menjadi mahasiswa Sandi Negara dan meraih gelar sarjana, tentunya dilewati dengan beberapa proses yang tidak mudah.
Sambung Putra kelahiran Mambi, kabupaten Mamasa Sulbar, diruang pola kantor Bupati Mamasa pada kegiatan silaturahmi dengan forkopimda Mamasa Senin27/11/23) secara langsung.
Duta Besar RI-Portugal ini, menceritakan perjalanan menjadi siswa SMP.
” Saya di sekolahkan bapak di SMP katolik Messawa kala itu. Selama saya sekolah yang semestinya ditempuh 3 tahun tapi karena perpanjangan setengah tahun ahirnya menjadi 3 setengah tahun” Tuturnya.
” Bukan berarti saya bodoh tetapi karena kebijakan dari pemerintah pusat” Tambahnya.
Dalam ceritanya, ia di sarankan ayahnya memilih lanjut ke SMA Pare-Pare.Disanalah dia sulit untuk pulang kampung karena jauh,ditambah lagi biaya ongkos pulang.
Setelah tamat SMA tahun 1981, dia melanjut ke perguruan tinggi di Makassar, meski sebelumnya bercita-cita jadi polisi kehutanan.
“Saya lulus di SMA Pare- Pare tahun 1981 . Sebelumnya saya bercita-cita ingin menjadi polisi kehutanan ,karena saya terinspirasi melihat pegawai polisi kehutanan ketika saya duduk di SMP Messawa. Sebutnya.
Dia menyebut, kalau nasib berkata lain , setelah sampai di Makassar diminta ayahnya masuk sekolah kedokteran.Meski ia takut darah dan tidak sesuai keinginannya, terpaksa harus mengikuti keinginan orang tua mengikuti tes masuk kedokteran di UNHAS.” Ungkapnya.
Seketika itu lanjut dia,bertemu teman di Universitas Hasanuddin, lalu disanrankan untuk memilih cadangan mendaftar di IKIP Makassar jurusan pendidikan.
“Disitu saya berpikir untuk mencari alternatip lain supaya ada peningkatan tidak seperti ibu jadi guru, ahirnya saya memilih masuk jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan ahirnya lulus di IKIP makassar.” tambahnya lagi.
Lagi- lagi dia mendapat informasi dari sahabatnya kalau ada sekolah gratis di Jakarta.
” Saya ketemu sahabat menyampaikan kalau ada penerimaan sekolah gratis untuk ikatan dinas di Jakarta” tuturnya.
Lebih lanjut diceritakan bahwa, meskipun ada lowong ia tidak perna bermimpi mau sampai ke Jakarta kala itu, karena sampai di Makassar saja sudah bangga.
“Saya tidak perna bermimpi mau sampai di jakarta Makassar saja bagi saya sudah sangat luarbiasa pada tahun 1984.”ucapnya.
Dia tidak pata semangat, orang yang pertama memasukkan berkas di Kodam Hasanuddin,ahirnya dia masuk jadi calon mahasiswa Akademi Sandi Negara, meskipun tidak memahami seperti apa kerjanya kalau sudah selesai kuliah, Namun karena gratis.”Jelas Rudi Bercerita.
Meski demikian, dirinya tidak terpuruk dan menyerah justru sebaliknya dirinya berpinda- pinda kerja .
Disebutkan pekerjaan yang perna dilakoni yaitu, perna menjadi diplomat, perna menjadi ahli Informasi dan Teknologi(IT) , perna menjadi ahli Pemerintahan Daerah,yakni sebagai direktur Eksekutif Pemerintah Daerah seluru Indonesia, hingga menjadi ahli hukum advokat,
Rudy menyebut, saat ini berbeda jauh pekerjaan yang perna ia kerjakan. Sebagai diplomat mewakili Presiden yang bertugas membina hubungan Indonesia dengan Negara akreditasi dari bidang politik, ekonomi.
“Saya merasa sebagai sala satu duta besar yang berhasil mengimplementasikan tugas yang diberikan oleh presiden” Pungkasnya.
Dari perjalana itu, ia menyampaikan bahwa Jagan perna takut untuk berubah propesi” Tutup Dubes.(Wan)