SDK Kenang Masa Kuliah di Asrama: Hidup Sederhana, Tak Pernah Bayangkan Jadi Gubernur

Mamuju –SulbarTa.com– Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka (SDK), mengenang masa-masa kuliah saat tinggal di Asrama Himpunan Pelajar Mahasiswa Mamuju (Hipermaju) pada era 1980-an. Saat berbuka puasa bersama alumni Hipermaju di Maleo Waterpark, Mamuju, SDK menceritakan pengalamannya selama kuliah. Selasa, 25 Maret 2025.

“Hidup di asrama, makan pakai rantang. Tidak pernah terpikirkan kalau suatu hari bisa jadi gubernur. Harapan utama waktu itu hanya satu: bisa menyelesaikan kuliah dengan baik dan menjadi pegawai negeri,” ujar SDK.

SDK mengungkapkan bahwa sejak semester lima, ia sudah menjadi pegawai negeri. Namun, kehidupan di asrama penuh keterbatasan, bahkan untuk urusan makan.

“Di asrama, biasanya rantang kami dimakan teman-teman kalau datang terlambat. Rantang dibagikan sekitar jam lima sore, sementara saya pulang kuliah jam tujuh, dan rantang saya sudah habis dimakan,” kenangnya, disambut tawa dari para alumni yang hadir.

Kenangan lain yang tak terlupakan adalah keputusan SDK untuk menikah saat masih semester tiga.

“Akhirnya, saya menikah semester tiga. Saya tinggalkan asrama dan enak-enak tinggal di rumah mertua,” candanya, yang kembali membuat suasana semakin ceria.

Setelah menyelesaikan kuliah di Universitas Hasanuddin pada tahun 1986, SDK mulai memikirkan masa depannya.

“Saya diskusi dengan teman-teman, termasuk yang sudah almarhum. Akhirnya saya memutuskan, kalau kita ini sarjana dan tidak kembali ke daerah, siapa yang akan membangun daerah kita? Maka saya kembali ke Mamuju dan bekerja,” ujarnya.

Meskipun sempat menjadi pegawai negeri, SDK merasa bukan di sana passion-nya. “Saya ini orang yang susah dipimpin, saya lebih suka memimpin,” ungkapnya.

Keinginan untuk memimpin membawanya terjun ke dunia politik. Bersama Almalik Pababari, SDK bergabung dengan Golkar dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Mamuju. Pada Pemilu 1999, ia kembali terpilih sebagai anggota DPR dan menjadi Ketua DPRD. Meskipun pada awalnya bekerja bersama Malik, perbedaan pandangan politik membuat keduanya berseberangan.

Perjalanan politik SDK berlanjut hingga ia menjabat sebagai Bupati Mamuju selama 10 tahun. Meski sempat mengalami kekalahan dalam pemilihan gubernur, SDK tidak patah semangat. “Jika Anda jatuh, bangkitlah secepatnya. Jangan tunggu orang lain. Bangkitlah dengan sekuat tenaga,” pesannya.

Setelah itu, SDK kembali ke dunia politik nasional dan duduk di DPR RI selama lima tahun. “Saya merasa menemukan diri saya di DPR RI. Saya senang bisa berdiskusi dengan para pimpinan dan menteri,” katanya.

Namun, takdir membawanya kembali ke daerah. Setelah melewati berbagai dinamika politik, SDK akhirnya terpilih sebagai Gubernur Sulawesi Barat.

“Alhamdulillah, saya bisa jadi gubernur,” ujarnya dengan penuh rasa syukur.

Setelah menjabat, SDK segera menyadari bahwa provinsi ini memerlukan perubahan mendasar, baik dalam pengambilan kebijakan, pengalokasian anggaran, maupun peningkatan integritas pejabat pemerintahan.

“Perubahan ini tidak bisa dilakukan dalam semalam, harus melalui tahapan yang terukur. Saya yakin bersama Pak JSM, kami bisa melakukannya,” jelasnya.

Langkah-langkah perbaikan mulai dijalankan, dan dalam kunjungannya ke enam kabupaten di Sulawesi Barat, SDK merasakan adanya perubahan positif.

“Di enam kabupaten yang saya kunjungi, kami mulai merasakan adanya perubahan. Provinsi tidak berdiri sendiri, melainkan membantu menyelesaikan persoalan yang ada di tingkat kabupaten,” pungkasnya.
Adv

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *