Polman, SulbarTa.com — Di Desa Kunyi, Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, berdiri sebuah kelompok usaha perempuan yang menjadi inspirasi: UPPKA Mapia Rasa. Lebih dari sekadar produsen makanan ringan, kelompok ini mencerminkan semangat pemberdayaan, kemandirian ekonomi keluarga, dan ketangguhan perempuan desa.
UPPKA Mapia Rasa resmi dibentuk pada 6 Januari 2025 melalui SK Kepala Desa Kunyi Nomor: 440/UPPKA/DK/I/2025. Beranggotakan sepuluh ibu rumah tangga, kelompok ini hadir untuk mengubah waktu luang menjadi kegiatan produktif yang membawa dampak ekonomi dan sosial.Dipimpin oleh Sumrah (Ketua), didampingi Ruhaeda (Wakil Ketua), Darmi (Sekretaris), Harida (Bendahara), serta enam anggota lainnya — Rahmatullaeni, Anti, Hadania, Hayati, Riska, dan Jumraeni — mereka menjadi penggerak ekonomi rumah tangga yang tak kenal lelah.
“Ketika perempuan diberi ruang untuk berdaya, keharmonisan rumah tangga semakin kokoh,” ungkap Ahmad Kamal, S.Hi., M.Si, Penyuluh KB Desa Kunyi dan Kelapa Dua yang menjadi pembina kelompok ini.
Berawal dari keprihatinan atas limbah potongan pisang yang terbuang sia-sia, Mapia Rasa menciptakan inovasi: keripik pisang aneka rasa yang kini menjadi produk unggulan. Produksi yang awalnya hanya 100–200 bungkus per minggu, kini meningkat hingga 2.000 bungkus ukuran 100 gram.
Tersedia dalam rasa Original, Gula Aren, Balado, dan Cokelat, Mapia Rasa juga sedang mengembangkan varian baru seperti Keju, Tiramisu, dan Mocca. Produk lain yang mereka hasilkan antara lain Gula Aren Cair (Original, Pandan, Jahe), Tape Ketan, dan Kerupuk Bawang.Seluruh proses produksi dilakukan di rumah Ruhaeda. Perjalanan menuju keberhasilan tak mudah. Banyak kegagalan di awal, namun semangat tak pernah padam.
“Kami tidak langsung berhasil. Gagal berkali-kali, tapi kami tidak berhenti mencoba,” ujar Ruhaeda.
Kini, produk mereka telah memenuhi standar konsumen dari segi rasa, higienitas, dan daya tahan.
Mapia Rasa telah membuktikan bahwa perempuan desa bisa memegang peran penting dalam ekonomi tanpa meninggalkan perannya di rumah. Mereka hadir sebagai representasi nyata kesetaraan gender yang berbasis nilai-nilai lokal.
“Anreapi bukan hanya soal durian dan langsat. Tapi juga semangat juang warganya yang luar biasa,” kata Muhammad Narwis, tokoh masyarakat setempat.
Mapia Rasa kini tengah dipersiapkan untuk mewakili Kecamatan Anreapi dalam puncak perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tingkat Provinsi Sulawesi Barat, Juli 2025 di Kabupaten Mamasa. Acara ini rencananya akan dihadiri langsung oleh Menteri Kependudukan dan Kepala BKKBN RI.
“Ini bukan sekadar pencapaian, tapi bentuk pengakuan atas kerja nyata mereka dalam membangun keluarga dari desa,” tegas Ahmad Kamal.
Harapan Mereka: Bukan Dana, Tapi Dukungan
Ketika ditanya harapan mereka, Sumrah menjawab tegas:
“Kami tidak minta dana atau alat. Kami hanya butuh perhatian, motivasi, dan bantuan promosi. Itu sudah luar biasa bagi kami.”
Sebagai bentuk dukungan, Pemerintah Kecamatan Anreapi sedang menyusun edaran untuk mengutamakan produk lokal seperti Mapia Rasa dan air kemasan Wai Iru dari BUMDes Kelapa Dua di objek-objek wisata setempat.
Kisah Mapia Rasa adalah kisah tentang keberanian, ketekunan, dan transformasi. Dari potongan pisang yang tak laku, mereka menghasilkan produk unggulan. Dari dapur kecil, lahirlah gerakan kesetaraan. Dari kelompok perempuan desa, tumbuh harapan besar untuk Indonesia.